PENAMPILANNYA
sederhana, gaya bicaranya selalu memiliki muatan ilmu pengetahuan,
tetapi tidak menggurui. Itulah sosok yang concern di dunia pendidikan.
Adalah Fauzi, doktor lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam bidang
ilmu akuntansi sektor publik, yang baru saja menyelesaikan doktornya
pada 9 Mei 2016.
Fauzi yang merupakan anak dari
Pasangan Helmi Hafia (polisi) & Nuryani ini memiliki cita-cita
menjadi guru besar. Menurut dia, dengan mengambil bidang ilmu akuntansi
sektor publik, berharap bisa memberi manfaat kepada pemerintah daerah,
khususnya dalam pelaporan anggaran pemerintah.
Ketika
ditemui di ruang kerjanya, Selasa (17/5), Fauzi menjelaskan ilmu
akuntansi sektor publik adalah ilmu yang mempelajari perilaku dalam hal
ini pemda. Fauzi, yang saat ini menjabat Kepala Dispenda Pringsewu,
berharap keilmuannya bisa memberi manfaat. Akuntansi sektor publik
merupakan bidang ilmu yang dalam pembelajarannya mencoba untuk
mengetahui perilaku orang atau publik, dalam hal ini pemda.
Dia menjelaskan secara nasional, kelemahan untuk pertanggungjawaban pengelola keuangan adalah minimnya SDM yang membidangi ilmu akuntansi, baik akuntansi umum maupun akuntansi publik. “Inilah kendala besar kita saat ini,” kata pria kelahiran 1970 ini.
Masih kurangnya SDM
dalam bidang akuntansi publik harus menjadi perhatian pemerintah. “Coba
berapa kali penerimaan PNS, tetapi tamatan akuntansi yang diterima atau
yang dibutuhkan di setiap pemda masih sedikit, padahal sangat
dibutuhkan,” ujar dia.Dia menjelaskan secara nasional, kelemahan untuk pertanggungjawaban pengelola keuangan adalah minimnya SDM yang membidangi ilmu akuntansi, baik akuntansi umum maupun akuntansi publik. “Inilah kendala besar kita saat ini,” kata pria kelahiran 1970 ini.
Ada
perbedaan antara akuntansi umum dengan akuntansi sektor publik,
akuntansi umum selalu berbicara untung rugi, tetapi akuntansi publik
lebih mengedepankan pelayanan ketimbang urusan untung rugi. Dalam
akuntansi sektor publik tentu memiliki pedoman dan standar yang jelas.
Menurut
dia, ada mental tersendiri pada orang yang belajar di akuntansi sektor
umum dan akuntansi sektor publik. Di akuntansi umum ada istilah laba
rugi, tetapi di akuntansi publik tidak terdapat perhitungan laba rugi
karena tujuannya pelayanan.
Apalagi sekarang ada
perubahan metode pengelolaan keuangan secara accrual basis dari cash
basic, itu menuntut SDM yang mengerti tentang sistem tersebut. Fauzi
menyarankan perlu ada pelatihari-pelatihan tentang akuntansi sektor
publik. “Kami beharap ada pelatihan level teknis di pemda,” katanya.
Bahkan
ke depan diperlukan sistem akuntansi ini di level desa supaya
pertanggungjawaban pengelolaan dana desa bisa berjalan dengan baik dan
benar. Sebab, akuntansi yang akan diterapkan di desa adalah akuntansi
sektor publik. Poinnya adalah bagaimana pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan.
“Contohnya, bagaimana kita bisa membuat
neraca sesuai dengan ilmu akuntansi. SPj saja tidak cukup, tetapi kita
butuh ilmu akuntansi sektor publik, apalagi pengelolaan dana desa yang
sasarannya untuk pelayanan. Itulah yang harus dilakukan guna
menyempurnakan pertanggungjawaban, termasuk bagaimana bisa memerinci
aset desa.”
Mengenai hari kebangkitan nasional
yang jatuh pada 20 Mei 2016, menurut dia hal ini sesungguhnya hanyalah
simbol semata. Namun, yang terpenting adalah bagaimana memaknai Hari
Kebangkitan Nasional dengan berbuat kebaikan, baik di bidang pendidikan
atau agama. “Terpenting adalah bagaimana kita bisa menunjukkan eksistensi di manapun kita berada,” ujarnya.
Hafiz Alquran dan Sarjana
Niat
tulus dan ikhlas ditunjukkan Fauzi yang juga ketua LP Ma’arif NU
Provinsi Lampung, yang juga pemilik STMIK dan STIT Pringsewu. Berawal
dari kegelisahannya terhadap fenomena gersangnya akhlak dan ilmu agama
para mahasiswa di zaman sekarang, ia merintis sebuah pondok pesantren
bagi para mahasiswanya.
Awalnya, alumnus S-3 UGM
ini, sudah secara rutin membantu mahasiswanya dalam bentuk pendidikan
secara gratis. Seiring berjalannya waktu ia menilai bahwa hasil
perubahan yang didapat kurang maksimal. Sehingga, ia pun mengubah metode
penyaluran beasiswa dengan cara mengasramakan para penerima beasiswa
tersebut.
Setelah mendirikan asrama, ia pun
berinisiatif untuk merintisnya menjadi sebuah pondok pesantren yang
diberi nama Baitul Quran. “Dalam mengelolanya ia mempercayakannya kepada
saya,” demikian dikatakan Ustaz Abdul Hamid A1 Hafidz, yang juga
pengurus Jamiyyatul Qurro wal Huffad NU Pringsewu, saat menceritakan
pesantren yang diasuhnya.
Abdul Hamid menambahkan
Pesantren Baitul Quran memiliki konsep beasiswa bagi anak yatim piatu
yang memiliki keinginan menghafal Alquran. “Selain para santri menghafal
Alquran dan belajar ilmu agama, mereka juga mendapat perkuliahan yang
nantinya menjadikan mereka para sarjana yang hafiz Alquran,” kata dia.
Terpenting adalah bagaimana kita bisa menunjukan eksistensi dimanapun kita berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar